The Influence of Health Education on Mother’s Capabilities for Early Detection of Children Under Five Years Old Developmental Disorders in Taruban Kulon Village, Tuksono, Sentolo, Kulon Progo.
Dewi Kusumawati
INTISARI
Pendidikan kesehatan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan wawasan, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat agar dapat mencapai kehidupan yang sehat, termasuk didalamnya peningkatan kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan anak balita sehingga sang ibu dapat memberikan penanganan/perawatan yang sedini mungkin untuk dapat mengurangi dampak negatif dari gangguan perkembangan yang terjadi.
Penelitian ini difokuskan untuk melihat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan Ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan anak balita khususnya pada gangguan bicara dan bahasa, retardasi mental, dan autisme. Hal ini mengingat ketiga jenis gangguan perkembangan tersebut sering terjadi pada anak balita dan sering kurang diperhatikan oleh orangtua mereka, terlebih di pedesaan. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kemampuan ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan anak balita sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dalam bentuk pendidikan kesehatan.
Responden dalam penelitian ini sebanyak 44 ibu di Dusun Taruban Kulon, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo yang diambil secara random sederhana. Adapun penentuan jumlah sampelnya menggunakan Tabel Krejcie dan Morgan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen. Alat penelitian berupa tes. Pengambilan data dilakukan selama bulan Februari dan Maret 2008.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan anak balita di Dusun Taruban Kulon, Tuksono, Sentolo Kulon Progo. Dari uji statistik didapatkan nilai t hitung sebesar 11,501 dengan nilai Sig (2 tailed) 0,000, sehingga 11,501 > 2,02 dan 0,000 < 0,05.
Berdasarkan pertimbangan hasil penelitian, maka disarankan agar pendidikan kesehatan tentang gangguan perkembangan anak balita perlu diberikan kepada keluarga terutama ibu sehingga ibu dapat melakukan deteksi dini dan apabila menemukan gangguan perkembangan pada anak balitanya dapat lebih cepat mengupayakan penanganannya.
Kata Kunci : Kemampuan deteksi dini, gangguan perkembangan anak balita.
A. Pendahuluan
Memasuki abad ke-21 ini bangsa Indonesia dihadapkan pada masalah dan tantangan yang sangat kompleks. Di satu sisi, secara internal kita masih belum mampu keluar dari krisis multi dimensial yang telah berlangsung sejak tahun 1997. Sementara di sisi lain, secara eksternal kita dihadapkan pada realita persaingan antar bangsa yang semakin meningkat dan kompetitif (Sugito, 2007).
Dalam kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia, anak usia dini memiliki peran yang sangat menentukan. Melalui upaya pembinaan dan pengasuhan yang tepat, anak-anak di usia ini akan mudah diukir dan dibentuk menjadi sosok manusia yang benar-benar berguna bagi masyarakat, negara dan bangsa. Sosok manusia yang dimaksud adalah sosok manusia masa depan yang tidak saja cerdas, berkarakter baik dan berkepribadian mantap, tetapi juga mandiri, disiplin dan memiliki etos kerja tinggi yang secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di antara bangsa-bangsa di dunia (BKKBN, 2004).
Abdulhak (2003) menyatakan bahwa anak usia bawah lima tahun (balita) atau sering disebut sebagai anak usia dini adalah sosok individu makhluk sosial kultural yang sedang mengalami suatu proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dengan memiliki sejumlah potensi dan karakteristik tertentu. Sebagai individu, anak usia dini adalah suatu organisme yang merupakan suatu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat biologis dan psikologisnya sehingga menjadi sosok yang unik. Sebagai makhluk sosio-kultural, ia perlu tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan sosial tempat ia hidup dan perlu diasuh dan dididik sesuai dengan nilai-nilai sosio-kultural yang sesuai dengan harapan masyarakatnya.
Kenyataan yang ada di masyarakat, tidak semua anak balita dapat berkembang secara normal. Menurut Hidayat (2005) ada beberapa masalah yang berhubungan dengan perkembangan yang perlu pendeteksian, diantaranya apabila pada usia 1-1,5 bulan belum bisa tersenyum secara spontan, usia 3 bulan masih menggenggam dan belum bersuara, usia 4-5 bulan belum bisa tengkurap dengan kepala diangkat, pada usia 7-8 bulan belum bisa didudukkan tanpa bantuan, dan sebagainya.
Menurut Soetjiningsih (2007) kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan anak balita, terutama di pedesaan, masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya ibu-ibu yang tidak segera mengetahui kelainan anak balitanya, utamanya yang menyangkut gangguan perkembangan anak seperti gangguan bicara dan bahasa, retardasi mental yang berkaitan dengan gangguan bahasa, motorik kasar, motorik halus, dan kecerdasan serta autisme yang berkaitan dengan semua aspek perkembangan anak termasuk tingkah laku sosial. Karena rendahnya kemampuan deteksi terhadap gangguan perkembangan, mereka sering terlambat memeriksakan atau berkonsultasi dengan dokter atau para medis lainnya.
Pendidikan kesehatan pada masyarakat identik dengan penyuluhan kesehatan. Menurut Effendy (1998) pendidikan kesehatan berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan, yaitu perilaku sehat. Upaya ini penting dilakukan agar setiap individu mengenal kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam meningkatkan kesehatannya.
Notoatmodjo (2007) menegaskan bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku individu sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Dengan demikian, terkait dengan aspek perkembangan anak balita, pendidikan kesehatan memiliki peranan yang sangat besar dalam rangka meningkatkan kemampuan ibu-ibu dalam optimalisasi perkembangan anak balita sekaligus kemampuannya dalam mendeteksi dini gangguan perkembangan anak balita. Karena melalui penyuluhan kesehatan, ibu-ibu yang memiliki balita akan banyak memperoleh informasi tentang perkembangan anak, tahapan perkembangan anak, gangguan perkembangan anak serta berbagai teknik dan cara untuk mengetahui apakah anak balitanya mengalami gangguan perkembangan atau tidak.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan anak balita di Dusun Taruban Kulon, Tuksono, Sentolo Kulon Progo ?”
B. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen dengan desain Pre Test and Post Test Group Design. Pendekatan eksperimen digunakan karena untuk mendukung penelitian penulis melakukan kegiatan pendidikan kesehatan pada kelompok masyarakat tertentu yakni pada ibu-ibu yang memiliki anak balita di Dusun Taruban Kulon, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia bawah lima tahun (balita) di Dusun Taruban Kulon, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo yang berjumlah 50 responden. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling yang penentuan jumlah sampelnya mengacu pada Tabel Krejcie dan Morgan. Dengan mengacu pada tabel tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 44 responden.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pendidikan kesehatan yang identik dengan penyuluhan kesehatan. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan ibu dalam deteksi gangguan perkembangan anak balita. Adapun variabel pengganggunya berupa tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.
Analisa data dalam rangka pengujian hipotesis digunakan teknik analisis t-Test. Uji t yang digunakan adalah uji t untuk dua sampel berpasangan (Paired Sampel t Test). Teknik ini digunakan karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan sebuah sampel dengan subyek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda (pre-test dan post-test). Analisa data dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS 14.0 for Windows.
C. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil uji statistik melalui metode parametrik Compare Means uji t untuk dua sampel berpasangan (Paired Samples t Test) diperoleh hasil rata-rata (Mean) pre test 52,4998 dengan Standar Error of Mean 2,75903 dan Standar Deviasi 18,30136. Sedangkan pada post test nilai rata-rata 78,4850 dengan Standar Error of Mean 1,47990 dan Standar Deviasi 9,81657. Selanjutnya korelasi antara pre test dan post test, diperoleh angka 0,575 dengan nilai probabilitas jauh di bawah 0,05 karena nilai signifikansi output hanya 0,000. Ini menyatakan bahwa korelasi nilai pre test dan post test adalah erat dan benar-benar berhubungan secara nyata. Besarnya nilai t hitung 11,501 dengan probabilitas Sig.(2-tailed) 0,000 lebih kecil dari 0,05. Mengingat nilai t hitung 11,501 lebih besar dari nilai t tabel 2,02 pada taraf kepercayaan 5% maka dapat dikatakan nilai pre test dan post test memiliki perbedaan yang positif dan signifikan. Atau dengan kata lain, pendidikan/penyuluhan kesehatan memberi pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan anak balita.
Adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari pendidikan kesehatan ini terjadi karena pendidikan kesehatan telah mampu memperluas wawasan, pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu dalam hal deteksi dini gangguan perkembangan anak balita. Melalui pendidikan kesehatan akan terjadi proses komunikasi dan pertukaran informasi antara petugas kesehatan dengan kelompok sasaran. Proses komunikasi dan pertukaran informasi ini akan berjalan efektif apabila kegiatan penyuluhan direncanakan dengan baik, menggunakan metode yang tepat dengan dukungan media atau alat peraga yang sesuai.
Memang sangat disadari bahwa tingkat pendidikan dan latar belakang pekerjaan kelompok sasaran (dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak balita) memiliki pengaruh terhadap daya serap maupun daya tangkap terhadap pesan-pesan atau informasi yang disampaikan oleh penyuluh. Namun pengaruh dari faktor-faktor tersebut secara umum tidak menjadi kendala atau faktor pengganggu yang menjadikan pendidikan/ penyuluhan kesehatan tidak diperlukan di masyarakat. Karena tingkat pendidikan dan latar belakang pendidikan akan tidak banyak berarti bila kelompok sasaran penyuluhan memiliki minat baca yang tinggi, serta perhatian dan peran dalam tanya jawab/diskusi yang baik. Artinya walaupun tingkat pendidikan rendah dan berlatar belakang pekerjaan sebagai petani, tetap saja hasil post test nya tinggi, tidak jauh berbeda dengan yang berpendidikan lebih tinggi dengan latar belakang pekerjaan sebagai pegawai atau karyawan kantor.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yuniati (2004) yang berjudul Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Post Partum di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta oleh Yuniati pada Tahun 2004 yang hasilnya menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap waktu pelaksanaan mobilisasi dini dengan signifikansi 0,024 (< 0,05). Pemberian pendidikan kesehatan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap lama setiap mobilisasi dini dengan signifikansi 0,005 ( 2,048 dan 0,39 2,02 dan 0,000 < 0,05.
E. Saran
Bagi Ilmu Keperawatan, supaya upaya promotif khususnya pemberian pendidikan / penyuluhan kesehatan untuk lebih ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Juga supaya ilmu keperawatan khususnya keperawatan anak lebih meningkatkan pelaksanaan asuhan keperawatan, maka jumlah dan frekuensi penelitian perlu ditingkatkan serta ruang lingkup penelitian lebih diperluas.
Sedangkan bagi peneliti lanjut, penelitian ini memberi peluang pada peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih luas sehingga hasilnya dapat melengkapi hasil penelitian ini sekaligus menguatkan atas kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini.
F. Ucapan Terima Kasih
Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Titih Huriah, M.Kep, Sp.Kom yang telah membimbing, mengarahkan, memberi masukan, dan telah meluangkan waktunya selama penelitian ini berlangsung. Demikian juga kepada ibu balita (responden) di Dusun Taruban Kulon, Desa Tuksono, Sentolo, Kulon Progo, penulis mengucapkan terima kasih atas kesediaannya diwawancarai. Berkat bantuan dan kerjasamanya penelitian ini dapat berlangsung.
G. Rujukan
1. Abdulhak, Ishak. (2003). Konseptualisasi dan Pemetaan Tatanan
Kebijakan Serta System dan Program Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. Hasil Rumusan Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Pendidikan Indonesia 10-12 September 2003.
2. BKKBN. (2004). Buku Pegangan Kader BKB dan BKR. Yogyakarta:
BKKBN DIY.
3. Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC.
4. Fujiyanti, Iis. (2004). Pengaruh Pendidikan Kesehatan pada Ibu Tentang
Pencegahan Diare terhadap Kejadian Diare pada Anak Balita di Desa Banyuraden Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta. Karya Tulis ilmiah. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
5. Hidayat, A.A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
6. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat, Ilmu & Seni.
Jakarta: Rineka Cipta.
7. Soetjiningsih., & Gde Ranuh, I.G.N. (Eds). (1995). Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta: EGC.
8. Sugito. (2007). Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Proses
Perkembangan Anak Usia Dini. Makalah Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta, 24 September 2007.
9. Yuniati. (2004). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Post Partum di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar