Kedua, kurangnya pemahaman para orangtua tentang peran dan fungsi mata pelajaran Penjaskes di SD terkait dalam rangka mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak. Akibat kekurangtahuan tentang hal tersebut, banyak orangtua yang merasa memiliki beban ketika nilai mata pelajaran Penjaskes jelek, sering absen ketika ber-olahraga atau membiarkan anaknya ketika mengetahui ia tidak bersungguh-sungguh mengikuti pelajaran Penjaskes.
Lebih parahnya lagi, banyak siswa SD yang memiliki pandangan tidak jauh berbeda dengan orangtuanya. Mereka tampak kurang bergairah ketika berolah raga, mengikuti pelajaran hanya asal-asalan atau lebih senang duduk-duduk dari pada mengikuti petunjuk dari guru untuk melakukan gerakan secara benar dan tepat. Ironisnnya, ada saja anak yang absen ber-olahraga dengan alasan sakit atau kurang sehat, sementara mereka tahu bahwa olahraga itu memiliki banyak manfaat termasuk untuk menyehatkan badan.
Perlu dipahami bersama bahwa mata pelajaran Penjaskes di SD merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, ketrampilan gerak, ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olah raga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Ini berarti, mata pelajaran ini juga mempunyai peran unik dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Karena selain dapat digunakan untuk pengembangan aspek fisik dan psikomotor, juga ikut berperan dalam pengembangan aspek kognitif dan afektif secara serasi dan seimbang.
Dengan demikian, perlu ditandaskan disini bahwa mata Pelajaran Penjaskes di SD memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam rangka mengembangkan anak secara totalitas. Pada saat siswa melakukan aktivitas fisik terdapat berbagai aspek yang dikandungnya. Para ahli menegaskan bahwa pada saat itu anak sedang melakukan interaksi dengan dunia luar; dunia bermain dan dan dunia realitas yang dihadapinya. Berolahraga tidak dapat dipandang sebagai aspek biologis, melainkan sedang terjadi interaksi psiko-sosial yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dengan demikian Penjaskes merupakan pendidikan yang dapat memberikan pengalaman konkrit tentang bebagai makna nilai-nilai sosial. Nilai saling menghargai, kerjasama, saling berkompetisi dengan sehat, tidak kenal lelah, pantang menyerah dan bersahabat merupakan nilai-nilai sosial yang dapat diinternalisasi melalui program Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Untuk dapat merealisasikan hal tersebut di atas, tentu dibutuhkan kemampuan profesional guru yang memadai. Kemampuan professional tersebut harus menjadi bagian dari profil guru Penjaskes. Kemampuan yang dimaksud adalah memahami secara mendalam tentang karakteristik anak didik, termasuk pertumbuhan dan perkembangannya
Disamping itu guru mata Penjaskes di SD juga harus memahami dan mendalami tahap-tahap perkembangan gerak. Perkembangan gerak merujuk pada kebutuhan individual dan lingkungan. Faktor individual secara spesifik berhubungan dengan keadaan internal yang secara khusus oleh tiap anak. Tiap anak memiliki faktor individual yang berbeda. Kemudian, faktor lingkungan berhubungan dengan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan individu.
Agar mata pelajaran Penjaskes di SD dapat lebih berperan dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik, para guru Penjaskes harus mampu menanamkan pengertian yang benar pada diri anak didik bahwa mata pelajaran Penjaskes merupakan mata pelajaran penting dalam rangka membentuk fisik dan mental yang sehat. Jadi mata pelajaran ini untuk selanjutnya di mata siswa bukan sekedar mata pelajaran pelengkap tetapi menjadi mata pelajaran penting yang harus diikuti secara bersungguh-sungguh dan disiplin.
Lebih dari itu, guru mata Penjaskes juga harus pandai-pandai menyajikan mata pelajaran ini ini secara menarik. Caranya, guru dapat memberikan materi terkait dengan upaya menerapkan budaya hidup sehat disela-sela kegiatan praktik di lapangan, misalnya pada waktu istirahat setelah usai melakukan aktivitas olahraga tertentu. Materi disesuaikan dengan kegiatan olahraga yang baru saja dilaksanakan atau materi-materi yang terkait lainnya.
Selanjutnya, guru Penjaskes juga diharapkan dapat bekerjasama dengan guru lain sehingga mata pelajarannya dapat didukung oleh guru kelas atau guru-guru pengampu mata pelajaran lainnya di sekolah. Artiya, mereka dapat ikut menyajikan materi yang terkait dengan budaya hidup sehat dalam materi yang diberikan oleh guru yang bersangkutan dengan cara menyisipkan materi-materi yang sesuai dengan tema atau subtema yang diberikan. Konsep yang mendasarinya adalah tidak seluruh materi kesehatan diajarkan melalui mata pelajaran Penjaskes. Sehingga upaya ini penting untuk mencapai hasil yang optimal dalam rangka menyeimbangkan antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis anak didik.
Akan lebih baik lagi jika guru mata pelajaran Penjaskes bersama-sama dengan guru mata pelajaran sejenis di sekolah lain untuk selalu berupaya menciptakan kreasi dan cara terbaik, agar mata pelajaran tersebut diminati oleh siswa karena sisi kemanfaatan dan ketepatan metode pembelajaran yang digunakan. Bila mata pelajaran ini sudah disukai oleh anak didik, maka mereka dengan penuh kesadaran akan melakukan aktivitas secara bersungguh-sungguh sehingga menghasilkan prestasi yang membanggakan.
0 komentar:
Posting Komentar